pagi...

suatu hari yang panjang, sambil menatap hujan yang turun begitu derasnya sedari pagi tadi menikmati kopi hangat dengan cemilan sederhana buatan ibu ku tercinta pisang goreng dan colenak. hujan yang turun ini antah sebuah berkah atau bencana, tapi alangkah baiknya jika kita berbaik sangka menganggap ini sebuah berkah. hanya saja curah dan debit air yang turun begitu banyak terlihat agak tidak wajar. ingin keluar pun tak bisa, terbayang macet nya jalanan sehabis hujan. mengapa demikian? karena air rasanya enggan berada di dalam tanah lagi lebih suka berada di atas permukaaan tanah, jalanan berubah jadi empang-empang kecil yang kurang cuma satu, yaitu ngga ada ikan nyaa heeeee.... tapi syukur Alhamdulillah, Tuhan masih baik memberi ku kesempatan menghirup udara pagi yang sesegar ini, sudah lama bandung tidak sesegar ini, aroma tanah yang begitu harum terkena air hujan. dingin nya kota ku ini terasa seperti sepuluh tahun yang lalu, yang beda cuma satu, bila dulu kalau hujan tidak banjir sekarang mulai banjir karena orang pintar lebih memikirkan profit bukan fungsi sebuah wilayah. daerah reserfoir sudah berubah jadi perumahan dan kompleks pertokoan. bukannya aku anti pembangunan, tapi alangkah baiknya pembangunan itu mengarah pada hal yang positif dengan berlandaskan lingkungan. bukankah orang sunda menjunjung tinggi alam dan selalu berpikiran adanya keselarasan antara manusia dan alam. sehingga pembangunan pun diselaraskan dengan kondisi alam, bukan alam bangun saja. tapi sekarang orang-orang sudah meninggalkan petuah pendahulunya yang bijaksana. bencana yang terjadi bukan karena salah alam, tapi manusia sudah mulai enggan bersahabat dengan alam. ya sekarang tinggal kita nikmati saja pagi yang dingin ini dengan sebuah senyuman, semoga esok kita masih bisa menikmati matahari yang lembut dengan belaiannya yang menghangatkan he...

Komentar

Postingan Populer